Iklan

Iklan

Menolak Sekolah Jam Lima Pagi, Gubernur NTT Harus Kaji Ulang

BERITA PEMBARUAN
01 Maret 2023, 18:57 WIB Last Updated 2023-03-01T11:59:29Z


Oleh : Sani S.M.Asa, S.H.

      

Saya memulainya dengan sebuah kalimat 'Bolehkah sedikit beropini, sudah lama ada di balik meja tanpa kata'. 

            

Beberapa hari belakangan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) dihebohkan dengan sebuah pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat yang mengharuskan siswa masuk sekolah jam 05.00 WITA. 


Pernyataan ini mencuri banyak perhatian dengan beragam komentar publik, anehnya tidak satu pun masyarakat yang mendukung pernyataan kepala wilayah tersebut. 


Tidak ada salahnya jika Bung Vik dinilai Gubernur kontroversial bahkan dinilai Gubernur tanpa prestasi namun penuh prestise. 


Mengapa penulis berani mengatakan demikian, karena dari banyaknya program dan janji politik dinilai gagal total, artinya semua janji hanyalah ilusi semata. Benar jika sekarang ini kita tidak saja mencipta rasa tidak aman dan nyaman bagi anak-anak, tetapi kita juga menciptakan ruang pelanggaran dan kejahatan untuk anak-anak kita. Ruang bagi pelecehan, kekerasan seksual, bahkan pemerkosaan bisa saja terjadi. Bukan hanya di jalanan namun di sekolah itu sendiri. 


Apalagi dengan berkembangnya isu penculikan anak-anak yang belakangan hangat dibicarakan namun belum ada kejelasan dan kepastiannya, akan tetapi isu itu benar ada. 


Dalam keadaan hari yang masih gelap, anak-anak keluar dari rumah dan jam 05.00 pagi sudah harus di sekolah, artinya harus bangun lebih pagi untuk siap dan berangkat. Lalu muncul pertanyaan sederhana dari dalam benak penulis bagaimana dengan mereka yang menggunakan kendaraan umum? 


Bahkan bagaimana dengan mereka yang berjalan kaki? Adakah solusi yang ditawarkan oleh pemerintah, untuk pertanyaan sederhana yang tidak ada ujung pangkalnya ini. Tentu pertanyaan di atas tidak perlu dijawab oleh pemerintah, cukup pemerintah mencari solusinya. 


Sebelum penulis menulis yang lebih mendalam. Penulis ingin membalikan pertanyaan dengan menanyakan, sudah sejauh mana kajian pemerintah sehingga Bung Gubernur mengeluarkan pernyataan tersebut di atas? Harusnya pemerintah menawarkan kajiannya terlebih dahulu baru mengeluarkan pernyataan tersebut. 


Bagaimana dengan banyak tempat-tempat tertinggal tanpa akses di Nusa Tenggara Timur, jarak tempuh yang masih jauh dari rumah ke sekolah, karena banyak siswa yang di kampungnya belum ada sekolah yang memadai. Sehingga harus berjalan ke kampung lain untuk sekolah. 


Dengan luas Nusa Tenggara Timur yang mencapai 47.931,54 Km², maka seharusnya gubernur sebagai kepala wilayah jangan jadikan kota sebagai tolak ukur untuk membuat suatu kebijakan. Karena setiap kebijakan pasti harus ada manfaat bagi yang menjalankannya. Apa ada faedahnya dari kebijakan tersebut?. 


Yang kedua, dengan adanya kebijakan ini, banyak orang tua yang mempertimbangkan kembali untuk menyekolahkan anak-anak di sekolah plat merah. Maka tentunya sekolah swasta adalah pilihannya. Swasta bisa saja dan sah saja menaikan biaya pendidikan karena banyak peminatnya. 


Orang tua harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk biaya sekolah anak. Belum lagi dalam satu rumah ada satu anak, dua anak bahkan ada yang lebih, maka apakah mereka mampu? Atau mampukah mereka?.


Tentu jawabannya adalah 'Belum tentu'.  Mengapa jawabannya demikian, karena dengan adanya kompleksitas masalah yang menerpa masyarakat di antaranya harga bahan pangan melonjak naik, harga BBM naik, banyak perusahaan memPHK karyawan karena berdampak covid -19. 


Ini artinya sangat sulit untuk mencari uang, maka penulis berpikir pasti akan terciptalah Pemiskinan Tersistematis.

 

Jika kita diperhadapkan dengan pilihan sekolah dan perut kosong? Maka apakah sekolah akan menjadi pilihannya? Tentu saja orang akan memilih kehidupan. Karena nadinya hidup tentunya harus mengenyangkan raganya. 


Penulis adalah Legal Bank Perkreditan Rakyat Danamas Belu, Nusa Tenggara Timur.


Maka penulis meyakini bahwa saat ini pemerintah sedang menciptakan PEMBODOHAN TERSISTEMATIS. Hal ini sangalah miris, namun demikian realitas yang terjadi hari ini. Harapan besar penulis diakhir tulisan ini dan di masa politik ini semoga masih ada wakil rakyat berhati nurani yang mampu mendengar dan menyuarakan suara rakyat kecil. Bukan hanya dicari saat membutuhkan namun di dengar saat dibutuhkan. 


NTT Bangkit NTT Sejahtera dari Keterpurukan, Rakyat MENOLAK Lupa Janji  Kampanye Tahun 2018.

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Menolak Sekolah Jam Lima Pagi, Gubernur NTT Harus Kaji Ulang

Terkini

Topik Populer

Iklan