Iklan

Iklan

Pemilu 2024, Ray Rangkuti: Bersikap dengan Nurani Jangan Takut Diintimidasi

BERITA PEMBARUAN
12 Februari 2024, 13:30 WIB Last Updated 2024-02-12T09:08:20Z
Ray Rangkuti.(foto: ist)


JAKARTA - Pada masa menjelang pemilu 2024, serangkaian dugaan upaya intimidasi terhadap pemilu terus berlangsung, dengan salah satu bentuk paling nyata adalah penggiringan kepala daerah. 


Pihak penguasa diduga menggunakan berbagai metode intimidasi, termasuk pengajuan dana pembangunan sulit dicairkan dan ancaman kasus korupsi.


Dugaan intimidasi juga merambah hingga tingkat kepala desa, di mana perangkat kepolisian atau TNI digunakan untuk menekan. Ray Rangkuti, dalam diskusi Kopi Bersih pada 11 Januari 2024 di Jakarta, menekankan agar kepala daerah dan kepala desa tidak takut terhadap intimidasi.


"Saya meyakini bahwa mereka juga masih memiliki nurani. Jadi bersikaplah dengan nurani, jangan takut intimidasi," ujar Ray Rangkuti.


Ray mengimbau masyarakat untuk tetap berani mengambil pilihan yang berbeda meskipun dihadapkan pada tekanan dari perangkat negara seperti Polisi dan TNI.


"TNI dan Polri harus berubah dan menggunakan nurani, saya yakin di kedua lembaga ini masih banyak yang memiliki nurani," ujarnya.


Abhan, mantan ketua Bawaslu periode 2017-2022, menyoroti penggunaan massif TNI dan Polri dalam Pemilu 2024. Dia mengatakan bahwa keduanya digunakan oleh penguasa untuk memuluskan rencana mereka memenangkan pemilu.


"Mobilisasi kedua perangkat tersebut tak hanya dilakukan secara massif di masyarakat tapi juga sampai pelibatan pengamanan suara. Modus ini sering dilakukan," ungkap Abhan.


Abhan mengatakan, dugaan pelibatan intensif TNI dan Polri di Pemilu dianggap sebagai pengkhianatan terhadap semangat reformasi yang mengharapkan netralitas keduanya.


Dugaan intimidasi juga merambah ke kalangan guru besar dan perguruan tinggi. Beberapa perguruan tinggi di Jawa Tengah dan Jawa Timur mengalami intimidasi untuk tidak bersikap kritis terhadap pemerintah.


"Mereka menyuarakan suara moral, agar demokrasi kita tidak rusak," ujar Sidratahta, seorang akademisi Universitas Indonesia.


Akademisi menekankan bahwa pemerintah yang baik seharusnya mendengarkan masukan dari kalangan kampus daripada melakukan tindakan represif.


"Suara mereka relatif lebih murni dan jernih. Maka sikapilah dengan terbuka dan sehat," lanjutnya.(**)

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Pemilu 2024, Ray Rangkuti: Bersikap dengan Nurani Jangan Takut Diintimidasi

Terkini

Topik Populer

Iklan