 |
| Wakil Kepala SMAN 1 Majalaya Kabupaten Karawang H.Anjas Saputra, S.Pd., M.Pd., saat secara simbolis menyerahkan Piagam pada salah satu siswa, Kamis 5 Juni 2025.(foto: rm) |
KARAWANG - SMAN 1 Majalaya, Kabupaten Karawang, menggelar acara Gebyar Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan pembagian E-Ijazah bagi siswa kelas 12 pada Kamis (5/6/2025).
Acara ini menjadi momentum penuh haru dan kebanggaan bagi seluruh warga sekolah, terlebih karena sebanyak 203 siswa dinyatakan lulus.
Wakil Kepala SMAN 1 Majalaya, Anjas Saputra, S.Pd., M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan bahwa kelulusan dan ijazah bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan baru.
"Kesuksesan tidak diukur dari mendapatkan ijazah atau nilai raport. Saya tekankan kepada para siswa, di balik setiap keberhasilan ada doa yang sangat kuat dari orang tua. Maka, jika ingin sukses, muliakan orang tua dan hormati guru," pesannya penuh makna.
Dari total siswa yang lulus, 30 di antaranya berhasil lolos ke berbagai perguruan tinggi melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT).
Bahkan, beberapa siswa juga telah diterima di berbagai institusi dan industri, seperti lima siswa yang kini bekerja di pabrik pembuatan kapal di Surabaya, serta yang diterima di IPB Bogor, Universitas Negeri Semarang (Unes), dan Poltekkes Surakarta.
"Alhamdulillah, SMAN 1 Majalaya kini terus menunjukkan perkembangan positif. Jika tahun lalu hanya 30 siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi, tahun ini jumlahnya meningkat," tambah Anjas.
Acara ini mengusung tema 'Sehat Jiwa Raga melalui Kaulinan Barudak Lembut, Sekaligus Menggali Potensi Daerah melalui Wirausaha'. Kegiatan ini juga menjadi wadah unjuk kreativitas siswa dalam seni, budaya, dan kewirausahaan berbasis kearifan lokal.
Selain dihadiri oleh para guru dan seluruh siswa, acara ini juga turut dihadiri oleh pengawas pendamping SMAN, Yuwita N, S.Si., M.Pd., yang memberikan apresiasi atas pencapaian siswa dan sekolah.
Wakil Kepala Sekolah juga berharap, lulusan SMAN 1 Majalaya dapat menjaga nama baik almamater, keluarga, serta mengukir kesuksesan yang lebih besar lagi di masa depan.
"Kalau guru dianggap sukses, maka siswanya harus lebih sukses dari gurunya,” tutup Anjas penuh harap.(**)
