![]() |
Ratusan sopir yang tergabung dalam Team Singgang saat melaksanakan Ulang Tahun ke-3 di Studio Alam Banjarbaru Kalimantan Selatan, Minggu 27 Juli 2025.(foto: ist) |
BANJARBARU - Suasana hangat penuh keakraban mewarnai Studio Alam Antara di Jalan Lintas Trikora, Banjarbaru, Minggu 27 Juli 2025 sore.
Ratusan sopir angkutan antar provinsi dari berbagai wilayah di Kalimantan berkumpul bukan untuk sekadar temu kangen, tetapi merayakan tiga tahun berdirinya Team Singgang sebuah komunitas yang menjadikan solidaritas sebagai bahan bakar utama mereka.
Di tengah aroma kopi panas dan tawa lepas, para sopir ini duduk bersama, berbagi cerita dari balik kemudi, mengenang perjuangan panjang yang mereka tempuh dari terminal ke terminal, dari kota ke kota, dan dari tantangan ke tantangan.
Acara peringatan ulang tahun ketiga ini digelar secara sederhana namun sarat makna. Tidak ada panggung megah atau gemerlap lampu sorot, namun ada semangat yang menyala dari setiap obrolan dan pelukan hangat antar rekan sejawat.
Turut hadir pula perwakilan dari Polsek Banjarbaru Barat, memberikan dukungan moral atas kegiatan positif para sopir. Kehadiran aparat ini menjadi simbol pentingnya kolaborasi antara masyarakat dan pihak berwenang demi menciptakan lalu lintas yang lebih aman dan beradab.
Ketua komunitas Team Singgang, Jalen, dalam sambutannya tak bisa menyembunyikan rasa haru.
"Kami bukan sekadar komunitas supir. Kami adalah keluarga besar. Di jalan, kami hadapi banyak hal: cuaca buruk, kelelahan, kerusakan kendaraan, bahkan rasa rindu rumah. Tapi lewat komunitas ini, kami saling menopang,” ujar Jalen, disambut tepuk tangan hangat.
Jalen juga menekankan pentingnya menjadikan komunitas ini sebagai ruang edukasi dan solidaritas sosial dari bantuan darurat hingga pelatihan keselamatan berkendara.
“Kami ingin menjadi lebih dari sekadar wadah kumpul. Kami ingin memberi dampak. Donor darah, bantuan untuk sopir yang sakit, edukasi lalu lintas semua itu sedang kami rintis,” tuturnya.
Acara pun diwarnai ucapan selamat dari berbagai komunitas sopir lainnya. Mereka hadir bukan hanya sebagai tamu, tapi sebagai sesama 'pejuang jalanan' yang tahu persis betapa kerasnya hidup di balik setir.
Perayaan ini menjadi momen reflektif bahwa di balik deru mesin dan suara klakson, ada manusia-manusia tangguh yang menjadikan jalan raya sebagai ladang pengabdian bukan hanya untuk nafkah, tapi juga untuk saling menguatkan dalam perjalanan hidup yang panjang.
Team Singgang kini bukan hanya nama komunitas tetapi simbol bahwa persaudaraan bisa tumbuh bahkan di antara truk-truk besar dan rute lintas provinsi. Dan selama masih ada jalan, mereka akan terus melaju, bersama. (yma)