Iklan

Iklan

Pentol Makanan Rakyat, Jalan Tol Menuju Kebangkitan Ekonomi Nasional?

BERITA PEMBARUAN
16 September 2025, 19:15 WIB Last Updated 2025-09-16T12:15:09Z


Oleh : Yamadipati


Di negeri yang katanya kaya rempah ini, ketika nasi sudah tak bisa lagi diandalkan karena harga beras naik turun seperti sinyal Wi-Fi di pedalaman, rakyat punya solusi, Pentol.


Ya, pentol. Si bulat kenyal penuh misteri ini diam-diam telah menjadi makanan pokok kedua setelah nasi, setidaknya secara emosional. Lupakan nasi kotak, nasi padang, bahkan mie instan. Ketika uang di dompet hanya cukup untuk dua lembar recehan, pentol datang bak pahlawan kesiangan yang justru paling dibutuhkan.


Pernahkah Anda naik motor ke pantai, lalu di parkiran disambut suara, "Pentolnya Kak, masih anget!"? Atau mungkin Anda mendaki gunung, ngos-ngosan sambil nyanyi-nyanyi, dan di pos 3 ada satu sosok misterius dengan rombong dari galon bekas, menyodorkan mangkok kecil, “Pentol, Mas?”


Bagaimana mungkin makhluk bulat kecil ini bisa sampai ke tempat-tempat di mana sinyal saja menyerah? Jawabannya hanya satu, rakyat percaya pada pentol. Bahkan lebih dari mereka percaya pada janji kampanye.


Berdasarkan data UMKM Dinas Perdagangan di beberapa kota di Indonesia, rata-rata penjual pentol keliling bisa meraup omzet Rp500 ribu - Rp1 juta per hari. Kalikan saja dengan sebulan, bisa lebih dari gaji UMR. Itu hanya satu gerobak. Bayangkan jika ada 100 ribu gerobak pentol di seluruh Indonesia (angka konservatif saja), potensi perputaran uangnya bisa mencapai Rp3 triliun per tahun. Lebih besar dari anggaran pembangunan beberapa stadion mini. Dan tidak ada satu pun dari mereka yang pakai APBN.


Tak seperti investasi bodong yang menjanjikan cuan dari uang orang lain, pentol adalah ekonomi sejati, produksi, distribusi, konsumsi, semua dikendalikan rakyat. Bahan dasarnya sederhana, tepung, sedikit daging (kadang cukup niat), bumbu, dan inovasi.


Ada pentol isi keju, pentol mercon, pentol kuah, pentol bakar, sampai pentol vegan (yang entah kenapa tetap dinamai pentol). Dan semuanya laris. Kenapa? Karena pentol tak pernah membeda-bedakan status sosial. Dari anak sekolah sampai pegawai kantoran, semua sepakat, “Pentol itu solusi.”


Anehnya, pentol yang dijual di pinggir jalan, tanpa label gizi, tanpa izin edar, dan disajikan pakai tusuk bekas jemuran itu belum pernah bikin orang keracunan massal. Sementara program makan bergizi gratis yang katanya dirancang ahli, pakai anggaran negara, dan digembar-gemborkan demi generasi emas malah lebih sering viral dan mengundang komentar negatif.


Lucunya, belum ada satu pun kementerian yang secara resmi memasukkan pentol dalam daftar produk strategis nasional. Padahal kalau mau serius, ini bisa jadi komoditas ekspor. Kita bisa kirim pentol ke luar negeri, bungkus vakum, jual di supermarket Korea atau Jepang sebagai "Indonesian chewy ball snack." Kasih harga Rp50 ribu per 6 butir, dijamin laku keras kalau dibungkus rapi dan ditulis “handcrafted by coastal moms.”


Kita terlalu lama menunggu unicorn, padahal pentol sudah jadi kuda liar ekonomi sejak lama, ia berlari tanpa pelana, tanpa aplikasi, tapi terus menghasilkan.


Ayo, saatnya Revolusi Pentol Nasional. Daripada bikin gerakan ekonomi yang hanya bagus di seminar, mari kita dukung UMKM pentol. Beri mereka akses permodalan, bantu legalisasi PIRT, ajarkan mereka pemasaran daring. Pentol bukan sekadar camilan, ini adalah alat perjuangan ekonomi. Karena selama perut masih lapar dan kantong masih bolong, pentol akan tetap jadi penyambung hidup.


Jadi lain kali ketika Anda melihat tukang pentol lewat, jangan cuma beli satu tusuk. Beli lah yang banyak. Anggap saja itu kontribusi nyata Anda dalam membangun ekonomi rakyat.


Mari deklarasikan Pentol untuk negeri. Pentol untuk masa depan. Pentol, jalan tol ekonomi rakyat.


Penulis adalah Jurnalis yang sering ngantri pentol di pinggir jalan

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Pentol Makanan Rakyat, Jalan Tol Menuju Kebangkitan Ekonomi Nasional?

Terkini

Topik Populer

Iklan