Oleh : Lisa Oka Rina
Dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) Tingkat Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2023, Dinas Sosial Kaltim memberikan bantuan kepada 100 Lanjut Usia (Lansia) dalam rangka bakti sosial, di Ruang Ruhui Rahayu Kantor Gubernur Kaltim, Rabu (21/06/23).
Gubernur Kalimantan Timur yang diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesra Setdaprov Kaltim HM Syirajudin mengatakan, lanjut usia merupakan bagian tak terpisahkan dari perjalanan kehidupan setiap individu dan lanjut usia adalah para pahlawan kita yang telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk peradaban dan membangun negeri.
Penghormatan dan penghargaan terhadap para lanjut usia merupakan tradisi budaya dan bernilai luhur, karena jasa para orang tua tidak ternilai harganya.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Kaltim Andi Muhammad Ishak dalam laporannya mengatakan, Dinas Sosial Kaltim akan memberikan bantuan 100 paket sembako dan 14 unit alat bantu seperti kursi roda dan hearing aid sebagai kepedulian terhadap lanjut usia.
(dinsos.kaltimprov.go.id 23/6/23)
Penghormatan kepada orang tua, sejatinya tidak perlu ada secara seremonial, yang diperingati setiap tanggal 29 Mei. Karena menghormati, memuliakan dan perduli kepada orang tua, adalah bagian dari pengamalan perintah Allah sebagai seorang muslim.
Penghormatan dan penghargaan kepada orang tua, juga bukan tradisi budaya adat ketimuran. Kalau itu sebuah adat, pasti berubah zaman, adat pun bisa berubah. Tapi nyatanya tidak demikian.
Perilaku menghormati dan memuliakan orang tua, makin ke sini, makin memilukan. Beberapa waktu lalu sempat viral, seorang nenek yang mandi lumpur, disuruh oleh seorang pemuda, agar viewers nya melejit sehingga dia bisa mendapatkan uang dari konten tersebut.
Sungguh, perbuatan pemuda tadi, begitu menyakitkan, tidak sopan bahkan bisa terkategori kurang ajar kepada orang tua. Bukannya memuliakan dan menghormati, malahan merendahkan martabat orang tua.
Keadaan ini adalah buah kehidupan sekuler yang sudah mengakar dalam kehidupan kita hingga saat ini. Kehidupan sekuler menilai Allah hanya ada dalam ibadah ritual semata. Namun pengawasan Allah tidak tampak dalam tingkah laku manusia di luar ibadah yang dijalaninya.
Demi meraup viewer dan uang yang banyak, ditempuh segala cara, meskipun merendahkan martabat orang lain. Apalagi di dukung dengan dalih "toh nenek tadi juga akan mendapat bagian kalau viral". Sungguh mengerikan, menilai akhlakul karimah dengan sejumlah uang.
Pandangan sekuler ini wajar membumi. Karena pengajaran pelajaran agama di jenjang pendidikan, hanya 1 pekan sekali. Itu pun dengan waktu yang terbatas. Dan materi yang berulang. Sehingga wajar saja, muslim tidak tahu dan tidak paham ajaran agamanya lebih dalam, dan melahirkan kepribadian muslim yang jauh dari nilai agama. Mengetahui dalil wajibnya berbuat baik kepada orang tua, secara pola pikirnya. Namun pola jiwanya lepas, tidak terikat dengan pola pikirnya tadi.
Bilapun ada yang berniat dan mau untuk mempelajari islam lebih dalam, harus bersiap untuk menerima stempel sebagai muslim radikal, tidak moderat, dan cap lainnya. "Jadi muslim itu yang biasa aja deh, ga usah terlalu dalam belajar agama islam. Nanti semua semua haram, ga boleh, nah repot sendiri dirimu", pernyataan menyesatkan yang selalu disebarluaskan.
Keadaan ekonomi yang carut marut saat ini, juga turut andil dalam suasana yang tidak menghormati dan menghargai orang tua. Sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mulai dari sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, keamanan, sehingga menilai pemberian materi kepada orang tua adalah satu-satunya jalan. Padahal hal itu bukanlah jaminan. Lihatlah menjamurnya panti jompo, karena anak-anaknya sibuk bekerja sehingga tidak sempat mengurus orang tua mereka yang sudah renta.
Keadaan ini bertolak belakang ketika suasana kehidupan kita mengacu kepada tuntunan kehidupan yang datang dari Allah SWt, pencipta dan pengatur manusia dan alam semesta. Suasana kehidupan itu adalah suasana penerapan islam secara sempurna dalam setiap sendi kehidupan.
Penerapan islam yang sempurna, hadir untuk menguatkan dan mengontrol keimanan dan ketaqwaan manusia dalam tindak tanduk perbuatannya. Negara akan mengedukasi warga negaranya yang muslim, agar selalu menjalani perintah Allah, termasuk memuliakan dan menghormati orang tua mereka.
Seperti firman Allah SWT di dalam surat Al Isra ayat 23-24 yang artinya : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Sistem ekonomi islam yang jelas dengan perbedaan dan pembatasan 3 kepemilikan yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara, akan melahirkan negara yang betul-betul serius mengelola kepemilikan umum sumber daya alam dan mineral, yang akan menjadi pendapatan utama negara dan turut menyediakan lapangan pekerjaan kepada warga negara.
Sehingga para lelaki akan fokus menjadi tulang punggung untuk menghidupi keluarga, termasuk kedua orangtuanya, yang berada dalam jalur penafkahannya. Dan pekerjaan yang tidak layak, akan diberangus oleh negara, seperti menjadi selebgram dengan konten yang tidak mendidik.
Semua hal tersebut akan diamalkan oleh sebuah negara yang konsisten dan terdepan dalam menjalankan visi misi yang Allah amanatkan, yakni sebuah negara yang berlandaskan syariat islam yang dikenal dengan istilah Negara Khilafah Islamiyah. Negara Khilafah Islamiyah, yang akan mendorong setiap individu untuk menunaikan perintah-perintah Allah SWT, termasuk menghormati dan peduli dengan orang tua.
Wallahu'alam bisshowwab
Penulis adalah Pemerhati Kebijakan Publik di Kalimantan Timur