Oleh : Siti Subaidah
Ratusan siswa dari SMA/K se-Balikpapan berkumpul dalam Sosialisasi Pendidikan Politik yang digelar Badan Kesbangpol dengan tema “Pemuda Melek Politik, Indonesia Lebih Asyik”.
Acara ini diselenggarakan pada tanggal 26 Agustus 2025 di Hotel Grand Tjokro Balikpapan. Lewat kegiatan ini para pelajar diajak memahami bahwa politik bukan sekedar perebutan kekuasaan tapi juga tentang suara, partisipasi, dan masa depan bangsa.
Salah satu peserta dari SMA Negeri 1 Balikpapan mengatakan bahwa acara ini seru dan atraktif. Apalagi saat ini di Indonesia keadaan politik makin hari makin panas. Oleh karenanya pengetahuan seperti ini sangat membantu gen Z dalam melakukan pemilihan politik nantinya. Terutama pelajar SMA/K yang merupakan pemilih pemula atau pemilih baru.
Dalam acara ini digelar sampaikan bahwa generasi muda adalah kunci perubahan. Dengan wawasan politik yang sehat, para pelajar bisa menjadi pemilih yang cerdas, agenda perdamaian, sekaligus menjadi penggerak demokrasi yang lebih bermartabat.
Meluruskan Perjuangan Pemuda
Pemilih muda saat ini disasar karena merupakan komponen yang sangat penting dalam demokrasi. Jumlahnya banyak dan sebagian besar memiliki stigma buruk tentang politik. Oleh karenanya sosialisasi pendidikan politik gencar dilakukan hingga menyasar ke sekolah-sekolah.
Hal ini menjadi penting karena indikator kualitas demokrasi suatu negara diukur bukan hanya dari sisi penyelenggaraannya saja namun juga dari partisipasi peserta pemilu.
Namun potret generasi saat ini sangat berbeda. Berbicara tentang pemuda dulu dan sekarang, ada perbedaan besar terkait cara pandang baik itu dalam hal berpikir maupun berperilaku. Dulu, pemuda sangat kritis dalam menyampaikan aspirasi, berpikir berfikir untuk masa depan dan berjiwa pejuang.
Namun sekarang, pemuda cenderung lebih cuek, malas, hura-hura, mudah putus asa, serba instan, minim daya juang bahkan terkungkung masalah pribadi. Jangankan melek politik, untuk berpikir dalam menyelesaikan permasalahan hidupnya pun tak mampu. Walaupun tidak semua pemuda demikian namun inilah gambaran umum potret generasi saat ini.
Saat ini pemuda diajak menggunakan hak politiknya, memberikan suara mereka untuk perubahan negara yang lebih baik. Namun cukupkah sampai di sini peran pemuda? Tentu tidak!
Pemuda dikatakan “sadar atau melek politik” tidak hanya ketika mereka menjadi partisipan kontestasi pemilu. Namun, berperan memberikan sumbangsihnya demi kemaslahatan umat. Justru dengan mengerdilkan peran mereka hanya sebatas menggunakan hak suara dalam berpolitik hanya akan menjadikan pemuda kita menjadi generasi minim daya juang. Terkungkung dalam politik kekuasaan tanpa bisa kritis bersuara.
Mereka hanya akan menjadi alat perpanjangan sistem demokrasi yang tak seindah jargonnya “Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat”. Demokrasi tak lebih dari politik transaksional antara penguasa dan pemilik modal. Di sistem demokrasi, kebijakan tidaklah berpijak pada kemaslahatan umat, namun pada kepentingan segelintir para oligarki. Pemuda di manfaatkan dan ditunggangi demi mensukseskan politik demokrasi yang nyata tak berpihak pada rakyat.
Pemuda Pilar Peradaban
Pemuda harus sadar politik memang benar. Namun tentu harus menempatkan makna politik yang tepat, yakni dalam definisi Islam. Politik dalam Islam ialah pengaturan urusan umat. Sehingga sebagai muslim tentu meyakini pengaturan terbaik perihal urusan umat adalah dengan syariat. Maka ketika mengarahkan peran pemuda dalam berpolitik juga tentu dengan landasan syariat.
Syariat mengarahkan peran pemuda sebagai pilar peradaban. Artinya mereka punya kontribusi besar dalam membangun sebuah bangsa. Oleh karenanya, syariat memaksimalkan potensi tersebut dengan mengarahkan para pemuda menjadi pemuda yang bersyaksiyah Islam (berkepribadian Islam). Mereka menjadi output yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang senantiasa menyandarkan diri pada keridhoan Allah SWT.
Secara individu, pemuda dalam Islam akan selalu memotivasi diri menjadi pribadi shalih, tekun dalam menuntut ilmu, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk hal-hal yang bermanfaat. Ketika mereka berada di masyarakat, mereka menjadi pejuang dakwah, paling terdepan dalam menyuarakan kedzoliman dan senantiasa memanfaatkan potensi yang ia miliki demi kemaslahatan umat. Peran inilah yang hilang pada diri para pemuda kita sekarang.
Begitu kerdil peran pemuda dalam politik demokrasi, bahkan dimanfaatkan hanya sebagai pelanggeng kekuasaan yang penuh dengan hawa nafsu keserakahan. Berbeda dengan Islam, justru dengan peran merekalah perubahan hakiki akan terwujud.
Inilah peran pemuda Islam yang menjadi mercusuar peradaban. Ia terdepan dalam memperjuangkan agamanya dan hidupnya dipersembahkan untuk dakwah melawan kedzoliman. Bukan untuk ditunggangi dan dimanfaatkan oleh para pemilik kepentingan layaknya sekarang. Wallahualam bisahwab.
Penulis adalah Pemerhati Lingkungan dan Generasi di Kalimantan Timur