Iklan

Iklan

Kesadaran Bersama dan Gotong Royong Kunci Membangun Desa Pasirkaliki

BERITA PEMBARUAN
18 Januari 2021, 13:50 WIB Last Updated 2021-01-26T09:52:47Z


KARAWANG- Beberapa hari ini di Kabupaten Karawang akan menggelar pesta demokrasi pemilihan kepala desa (Pilkades) serentak, salahsatunya di Desa Pasirkaliki Kecamatan Rawamerta, Karawang Jawa Barat.


Dadan Suhendarsyah seorang aktivis di Kabupaten Karawang kelahiran Desa Pasirkaliki tergerak hatinya untuk mengikuti kompetisi Pilkades Pasirkaliki. Beranjak dari pikiran yang sederhana kata Dadan, simpel, Ia greget melihat pembangunan di desa tempat kelahiran dan tempat saya tumbuh berkembang.


"Maka saya bissmillah maju dalam pencalonan kepala desa," ucapnya singkat.


Memang keputusan ini kata Dadan, anti mainstream. Di luar kelaziman, sebab sekarang ia tinggal di luar Desa Pasirkaliki. Namun orang tua saya dulu pernah menjadi Kades di desa tersebut, dan saya masih merawat silaturrahim dengan keluarga dan kerabat di Pasirkaliki.


"Saya amati, dulu tidak ada yang namanya Dana Desa. Penghasilan desa hanya bersumber dari uang rutin dan sewa tanah bengkok. Namun itu berhasil membangun gapura, menata jalan gang, menyeragamkan pagar rumah penduduk dan lampu penerangan, menorehkan prestasi olahraga dan kepemudaan, membuat koperasi (paguyuban) simpan pinjam PURNAMA, serta menangani keluhan petani dalam hal pengairan," paparnya.


Ketika ditanya Apakah  dengan adanya anggaran Dana Desa dan sejenisnya, anda akan mampu memajukan Desaesa Pasirkaliki? Dadan menjawab dengan santai, tidak begitu juga. Kita jangan berpikiran bahwa ketersediaan anggaran adalah satu-satunya faktor dalam menciptakan kemajuan desa.


"Ada plus minus-nya saat negara menyediakan subsidi, bantuan, dana stimulan, atau apapun istilahnya untuk desa atau masyarakat. Anggaran merupakan penunjang, sedangkan faktor utamanya adalah membangun mental masyarakat," jawab Dadan lugas.


Kita harus jujur mengakui kata Dadan,  bahwa dalam beberapa dekade belakangan ini, kesadaran warga untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan merawat hasil-hasil pembangunan sudah mulai tergerus.


"Kebiasaan gotong royong masyarakat seakan menjadi barang mahal," ujarnya.


Dikatakan Dadan, tidak ada lagi gerakan kalang gumarang (menangkap tikus) yang melibatkan semua warga, tidak hanya pemilik sawah. Tidak ada lagi kerja bhakti membenahi saluran irigasi, hilang sudah solidaritas antar penduduk dalam bentuk 'Beras Perelek'.


"Sepertinya kita sedang memperlihatkan bahwa pembangunan itu merupakan kepentingan pemerintah semata, tidak membuka akses dan partisipasi masyarakat sebagai penerima manfaat pembangunan," ungkap aktivis yang juga seorang pendidik di salah satu SMK di Kota Karawang.


Memang zamannya sudah berbeda lanjutnya, tapi alangkah berbudayanya jika nilai-nilai positif masa lalu tetap dipertahankan dan dilestarikan. Sebab gotongroyonglah yang menjadi pembeda dan kelebihan masyarakat desa dibanding kota atau daerah urban.


Jika terpilih ataupun tidak lanjut Dadan, atau bahkan mundur dari pencalonan, nilai-nilai optimisme harus tetap terpelihara dan terdistribusikan kepada banyak orang.


"Syukur-syukur pemikiran kita diterima. Jika tidak pun dan malah dianggap utopis (mimpi di siang bolong), jangan pernah memadamkan semangat kita untuk bergerak," ucapnya.


Menurutnya, kepala desa adalah pemimpin. Setiap Pemimpin bukan berarti harus lebih pintar dan lebih tahu dari yang dipimpinnya. Tapi pemimpin itu omongannya harus bisa mempengaruhi masyarakat, mesti bisa membangun kesadaran, mampu menggerakkan dan mengorganising perangkat desa, berani mengambil resiko, peka terhadap persoalan rakyat, dan merasionalisasi setiap kebijakan.


"Lagi-lagi kita harus mulai dari langkah sederhana, namun anti mainstream (tidak lazim). Mulailah proses pemilihannya dengan mengurangi (jika belum bisa dihilangkan) praktek money politik. Jika saat ini, banyak orang beranggapan bahwa money politic saat Pilpres, Pileg, dan Pilkada berakar dari budaya Pilkades, mari kita buktikan bahwa dari Pilkades Pasirkaliki pembenahan budaya pemilihan langsung dimulai. Tinggalkan dan tanggalkan orientasi pilihan tergantung uang cendol," tegasnya.


Dikatakan Dadan, ia sangat menghargai proses, tidak terlalu dipusingkan dengan hasil akhir. Anggaplah semangat kita ini seperti lantunan tarhim menjelang Subuh. Pasti respon warga berbeda-beda. Lakukan dan nikmati saja. Ada yang langsung beranjak bangun dari tempat tidur, mengambil wudhu dan sholat subuh. Ada yang terbangun, bergegas ke kamar mandi untuk buang air kecil dan setelah itu balik tidur lagi.


"Ada juga yang malah menarik selimut, memeluk bantal dan kembali tidur pulas," ungkapnya sedikit berilustrasi.(mat)

 

 

 

 

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Kesadaran Bersama dan Gotong Royong Kunci Membangun Desa Pasirkaliki

Terkini

Topik Populer

Iklan